Selamat Datang Di Laboratorium Akuntansi dan Keuangan IKOPIN

............................................................................

Selamat Datang Di Laboratorium Akuntansi dan Keuangan IKOPIN

............................................................................

Selamat Datang Di Laboratorium Akuntansi dan Keuangan IKOPIN

............................................................................

Selamat Datang Di Laboratorium Akuntansi dan Keuangan IKOPIN

............................................................................

Selamat Datang Di Laboratorium Akuntansi dan Keuangan IKOPIN

............................................................................

Jumat, 21 Oktober 2016

Jurnal Penutup

Jurnal Penutup itu Seperti Ini

Pengertian Jurnal Penutup | Closing Entries 

Jurnal Penutup merupakan bagian dari siklus akuntansi,

Pada Siklus Akuntansi, setelah ayat jurnal penyesuaian selesai di posting ke dalam buku besar, maka data-data yang ada pada akun buku besar akan sesuai dengan data-data yang dilaporkan di dalam laporan keuangan.

Saldo rekening akun yang tercantum dalam neraca akan terus diakumulasi dari periode ke periode sehingga akun tersebut bersifat relatif permanen, dan kemudian disebut dengan akun riil (real account). 
Sedangkan saldo rekening akun pada laporan laba rugi dan akun penarikan oleh pemilik dilaporkan pada laporan perubahan modal,

Tidak diakumulasi dari periode ke periode akuntansi karena rekening akun ini hanya melaporkan jumlah nominal pada satu periode saja,

Didalam akuntansi akun ini dikategorikan sebagai "akun sementara" atau disebut juga "akun nominal".

Karena akun nominal ini hanya menunjukkan jumlah nominal pada satu periode akuntansi saja, maka rekening akun jenis ini harus memiliki saldo 0 (nol) diawal periode akuntansi.

Supaya akun ini bisa menjadi NOL (0), maka perlu dibuatkan JURNAL PENUTUP

Jurnal Penutup
Jurnal Penutup

Jurnal Penutup (Closing Entries) adalah jurnal akuntansi harus dibuat untuk menjadikan rekening akun akun sementara (temporer) menjadi bersaldo NOL (0) pada akhir periode akuntansi.
Dengan kata lain, jurnal penutup merupakan ayat jurnal yang perlu dibuat pada akhir periode untuk menutup rekening akun nominal (sementara)

Yang termasuk rekening akun nominal atau akun temporer adalah rekening akun yang ada pada laporan laba rugi pada periode berjalan serta akun penarikan modal oleh pemilik (prive).

Akun yang ada pada laporan laba rugi akan ditutup dengan akun ikhtisar laba rugi dan karena prive akan mengurangi modal, maka akun prive ditutup pada rekening modal

Tujuan Jurnal Penutup

Adapun Tujuan dan Fungsi Jurnal Penutup disusun diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Untuk memisahkan transaksi akun pendapatan dan beban tidak bercampur aduk dengan jumlah nominal dari pendapatan dan beban pada tahun selanjutnya
  • Guna menyajikan neraca awal periode berikutnya setelah dilaksanakan penutupan buku
  • Agar mempermudah jika dilaksanakan pemeriksaan karena telah dilakukan pemisahan transaksi yang terjadi di periode sebelumnya dengan transaksi-transaksi pada periode akuntansi selanjutnya
  • Untuk menyajikan informasi keadaan yang sebenarnya (riil) suatu perusahaan setelah dilakukan penutupan buku (jurnal penutup). 
Laporan keuangan hanya akan memperlihatkan tentang akun yang sesungguhnya (riil) saja. yang terdiri atas harta, kewajiban dan ekuitas

Menutup Akun Nominal

Berikut akun akun nominal yang perlu dibuatkan Jurnal Penutup 
  • Akun Pendapatan 
Menutup seluruh rekening akun pendapatan dengan cara memindahkan rekening pendapatan ke rekening ikhtisar laba-rugi.
Contoh jurnal :
Debit | Pendapatan
Rp100
Kredit | Ikhtisar Laba Rugi

Rp100
(Men-debit akun pendapatan dan meng-kredit ikhtisar laba rugi)
=====================================================================
  • Akun Beban 
Menutup Seluruh rekening akun beban dengan memindahkan rekening akun beban ke ikhtisar laba rugi
Contoh jurnal :
Debit | Ikhtisar Laba Rugi
Rp100
Kredit | Beban

Rp100
(Men-debit ikhtisar laba rugi dan meng-kredit beban)
======================================================================
  • Ikhtisar Laba Rugi
Menutup akun ikhtisar laba rugi dengan cara memindahkan saldo ikhtisar laba rugi ke akun modal.

Disini ada dua kondisi yang bisa terjadi, Bisa Laba (pendapatan lebih besar dari beban) atau terjadi Rugi (pendapatan lebih kecil dari beban)
Apabila memperoleh laba, akun ikhtisar laba rugi didebitkan dan akun modal dikredit
Contoh jurnal:
Debit | Ikhtisar Laba Rugi
Rp100
Kredit | Modal

Rp 100
Apabila menderita rugi, akun modal didebit dan ikhtisar laba/rugi dikredit
Contoh jurnal
Debit | Modal
Rp100
Kredit | Ikhtisar Laba Rugi

Rp 100

======================================================================
  • Akun Prive
Menutup Akun Prive dengan cara memindahkan akun prive ke rekening akun modal

Prive merupakan penarikan modal oleh pemilik, biasanya hanya terjadi pada perusahaan skala kecil
Contoh jurnal:
Debit | Modal

Rp100
Kredit |
Prive

Rp100
(Men-debit modal dan meng-kredit prive)

Notes: 
Jurnal penutup yang disusun tergantung dari bentuk perusahaan, bisa PT, firma maupun perusahaan perseorangan karena struktur modal dari jenis jenis perusahaan diatas tentu saja berbeda.
Share:

Senin, 17 Oktober 2016

SOAL QUIZ


1. Akuntansi Biaya
2. Akuntansi Koperasi
3. Dasar Akuntansi & Pengantar Akuntansi 1



Selamat Mengerjakan
"Pasti Selalu Ada Keadilan Disetiap Kejujuran
Share:

Kamis, 06 Oktober 2016

Mengapa Metode LIFO tidak Diperbolehkan oleh IFRS

Mengapa metode LIFO tidak boleh digunakan oleh penyusun laporan keuangan menurut IFRS ? Untuk mengetahuinya kita perlu memahami terlebih dahulu teknis pengukuran inventory menggunakan metode FIFO, average, dan LIFO. Corel014     Metode FIFO Corel015   Berdasarkan metode FIFO, inventory yang terjual diasumsikan adalah inventory yang diperoleh terdahulu (secara berurutan dimulai dari: 12 Mei, 14 Agustus, dan 18 September). Inventory akhir tahun adalah 20 unit, yang berarti inventory yang dibeli pada 12 Mei dan 14 Agustus telah terjual dan yang dibeli pada 18 September baru terjual 100 unit. COGS adalah $4,700 dan Ending inventory adalah $300. 2. Metode LIFO LIFO Berdasarkan metode LIFO, inventory yang terjual diasumsikan adalah inventory yang diperoleh terkini (secara berurutan dimulai dari: 18 September, 14 Agustus, dan 12 Mei). Inventory akhir tahun adalah 20 unit, yang berarti inventory yang dibeli pada 18 September dan 14 Agustus telah terjual dan yang dibeli pada 12 Mei baru terjual 80 unit. COGS adalah $4,800 dan Ending inventory adalah $200. 3. Metode Average Corel018 Berdasarkan metode average, nilai inventory yang terjual diasumsikan adalah rata-rata nilai inventory yang diperoleh. Untuk menemukan berapa nilai COGS dan ending inventory, pertama-tama hitung dulu nilai inventory per unit, dengan membagi total nilai pembelian dengan total unit pembelian ($5,000 / 420 unit = $11.905 per unit). Kalikan kos inventory per unit dengan inventory yang terjual untuk mencari COGS ($11.905 x (420 – 20)) sehingga diperoleh COGS = $4,762. Untuk mencari ending inventory = $11.905 x 20 unit = $238. Ikhtisar Perbandingan hasil perhitungan FIFO, LIFO, dan average: Corel019 Asumsi:
  • Untuk menyederhanakan ilustrasi, tidak terdapat biaya lain selain COGS.
  • Tarif pajak penghasilan perusahaan adalah 30%.
Dari ikhtisar perbandingan ketiga metode tersebut dapat disimpulkan bahwa:
  1. Dengan metode LIFO, perusahaan dapat meminimalkan laba kotor sehingga dapat mengurangi biaya pajak perusahaan .
  2. Nilai ending inventory berdasarkan ketiga metode berbeda-beda, berdasarkan urutan terbesar hingga terkecil : LIFO (4800), average (4762), dan FIFO (4700).
Mungkin alasan klasik dan paling banyak dilontarkan jika dihadapkan dengan pertanyaan “Mengapa metode LIFO tidak boleh digunakan dalam IFRS?” adalah simpulan no.1 : karena dengan metode LIFO perusahaan dapat meminimalkan laba sehingga dapat mengurangi biaya pajak. Tetapi, apakah tujuan pelaporan keuangan untuk perpajakan (LK fiskal) sama dengan untuk investor (LK komersil)?
Tujuan pelaporan keuangan fiskal dan pelaporan keuangan komersil tidak sama.
Kaidah pelaporan keuangan fiskal dalam aturan perpajakan bertujuan untuk menentukan berapa besarnya jumlah uang yang harus disetorkan perusahaan sebagai wajib pajak (WP) kepada otoritas perpajakan (misalnya di Indonesia : Dirjen Pajak). Sedangkan LK komersil disusun berdasarkan SAK (bukan UU PPh) dan bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan ekonomik investor. Tujuan pelaporan keuangan fiskal dan komersil yang berbeda menyebabkan aturan pelaporan keuangan keduanya berbeda pula. Jadi, alasan yang melandasi tidak diperbolehkannya metode LIFO dalam LK fiskal dan komersil berbeda.
Dalam UU PPh (UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan), memang metode LIFO tidak diperbolehkan, sehingga hanya metode FIFO dan average yang diperbolehkan (Pasal 10 ayat 6). Mungkin alasanya karena metode LIFO menghasilkan laba terendah sehingga menyebabkan setoran ke kas negara lebih sedikit (dengan asumsi harga pembelian inventory terus mengalami peningkatan yang bisa disebabkan karena inflasi, misalnya). Dalam IAS 2 (Inventory) , entitas juga tidak diperbolehkan menggunakan metode LIFO (IAS 2.IN13). Tetapi alasannya bukan karena pengurangan biaya pajak.
Alasan mengapa metode LIFO tidak diperbolehkan dalam IFRS:
1. Metode LIFO mengurangi kualitas laporan posisi keuangan. Metode LIFO menyebabkan nilai inventory yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (balance sheet) tidak merepresentasikan recent cost level of inventory (IAS 2.BC13)Inventory disajikan pada kos yang tidak merefleksikan kos inventory terkini, atau yang paling “up-to-date”, tetapi pada kos yang sudah tidak merefleksikan kos inventory kini , atau sudah tidak up-to-date. Hal ini mengurangi kualitas posisi keuangan entitas.
Bayangkan, kita sebagai investor ingin mengetahui berapa harga beli inventory sekarang. Kalau perusahaan menggunakan LIFO, maka nilai inventory yang ada di laporan posisi keuangan adalah inventory yang sudah lama, bukan terkini (ingat: Last in first out, inventory yang dibeli terakhir dianggap terjual  lebih dulu). Informasi ini kurang relevan karena kita sebagai investor ingin tahu berapa harga beli inventory kini, bukan harga beli inventory pada periode lalu.
Tetapi, metode LIFO memiliki kelebihan dibandingkan metode FIFO, yaitu menghasilkan laporan laba rugi yang lebih baik karena pendapatan penjualan yang dinilai berdasarkan harga jual kini ditandingkan dengan biaya produk terjual (COGS) yang merepresentasikan nilai inventory kini (karena bds metode LIFO inventory yang dibeli terakhir dijual lebih dulu sehingga yang masuk COGS adalah inventory yang dibeli terakhir). IASB, selaku badan penyusun IFRS, memilih untuk menciptakan standar yang menghasilkan laporan posisi keuangan yang lebih baik.
2. Signifikansi perbedaan laba menurut metode FIFO dan average dengan metode LIFO Metode FIFO dan metode LIFO menghasilkan perbedaan laba yang cukup signifikan (berbeda jauh) dibandingkan antara FIFO dan Average. Lihat kembali tabel ikhtisar perbandingan ketiga metode di atas. Selisih antara metode FIFO dan LIFO adalah $100, sedangkan selisih antara metode FIFO dan average ($62) dan metode LIFO dan average ($38) tidak sesignifikan antara FIFO dan LIFO. Untuk mengurangi kecenderungan perusahaan memanipulasi laba karena perbedaan antara FIFO dan LIFO yang signifikan, penyusun standar perlu mengeliminasi antara FIFO atau LIFO. Karena metode LIFO memiliki kekurangan (menghasilkan nilai inventory yang kurang relevan), maka dieliminasilah metode LIFO.
Sumber referensi:
  • International Accounting Standard Board. IFRS 2012 Red Book. 2012. IFRS Foundation.
  • Kieso, Weygandt, and Warfield. Intermediate Accounting. 11th edition.
  • Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Share:

Selasa, 04 Oktober 2016

Fungsi Laporan Keuangan

Arti laporan keuangan
Tujuan utama akuntansi adalah menyusun laporan tersebut menjadi informasi yang sangat penting bagi para pemakai informasi akuntansi sebagai bahan antuk mengambil keputusan. Apakah yang dimaksud dengan laporan keuangan tersebut? Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Karena laporan keuangan disajikan untuk pihak eksternal maka laporan keuangan wajib disusun dan disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Di dunia internasional dikenal International Financial Reporting Standars (IFRS) yang menjadi acuan penyusunan Laporan keuangan di Negara-negara Eropa, Afrika, dan Asia Pasifik. Acuan tersebut disusun oleh The International Accounting Standars Committee (IASC) Di Indonesia acuan penyusunan laporan keuangan adalah  Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan yang harus disusun untuk memperlihatkan aktivitas perusahaan Meliputi :
  1. Laporan Laba Rugi
  2. Laporan Ekuitas
  3. Neraca
  4. Laporan Arus Kas
  5. Catatan dan Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. 
Fungsi Laporan Keuangan


Sebagai informasi akuntansi, laporan keuangan memiliki fungsi sebagai berikut :
  1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (asset, liabilitas, dan ekuitas)
  2. Menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan.

Tujuan Laporan Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut.
  1. Memberikan informasi tentang isi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
  2. Menujukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disajikan harus memenuhi karakteristik informasi tertentu sehingga informasi yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik untuk mengambil keputusan Informasi akuntansi yang tidak Memiliki kualitas sebagai informasi dapat menyesatkan pihak-pihak yang akan mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan tersebut. Informasi akuntansi yang berkualitas antara lain harus memenuhi Karakteristik Kualitatif laporan keuangan Terdapat empat Karakteristik Kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan dan dapat dibandingkan.
  1. Dapat dipahami, berarti informasi di laporan keuangan harus mempunyai kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan yang mudah dipahami harus memiliki ciri relevan dan materialitas.
  2. Relevan, yaitu informasi yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan ekonomi.
  3. Keandalan, bahwa informasi akuntansi harus andal (reliable), berarti memiliki kualitas yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau Jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
  4. Dapat dibandingkan, berarti informasi akuntansi harus dapat diperbendingkan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Selain itu juga harus dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan antar perusahaan. Oleh karena itu. laporan keuangan harus disajikan secara konsisten dan umumnya disajikan minimum untuk dua periode.
Share:

INFO LAIN

Blog's

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Blogger templates